Tutorial Menulis Fiksi - Show Dont Tell - IMedia9 - Creative Networks

Breaking

Monday, 12 December 2016

Tutorial Menulis Fiksi - Show Dont Tell



Membuat sebuah cerita yang menarik bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Boleh jadi kita memiliki ide cerita yang unik, namun jika ide itu tidak disertai dengan teknik penulisan yang baik maka semuanya akan menjadi sia-sia. Bahkan mungkin hambar di mata para pembaca. Namun sebaliknya, jika kita mempunyai ide cerita yang biasa-biasa aja (baca: pasaran) boleh jadi, cerita itu akan menjadi sangat istimewa kalao ditulis dengan teknik penulisan yang baik.

Coba deh anda perhatikan penggalan cerita berikut.:

Contoh 1:
Edward sang pemburu pemula pun berjalan menuju sarang naga.

Reaksi pembaca:
Oalah, ternyata si Edward ini adalah seorang pemburu naga pemula.

Contoh 2:
Edward menggulung perkamen coklat di tangannya. Nafasnya sedikit memburu, jantungnya mulai berdebar kencang. Tidak salah lagi. Goa besar yang ada di hadapannya adalah sarang makhluk raksasa penyembur api itu. Dia memeriksa perlengkapannya untuk terakhir kali. Sebilah pedang panjang, panah silang, beberapa anak panah baja dan selembar perkamen sihir. Semuanya sudah siap. Ini akan menjadi pertempurannya yang pertama. Dan semoga bukan yang terakhir.

Reaksi pembaca:
Kayaknya si Edward mau masuk ke goa berbahaya nih? Mau ngapain? Mau berantem? Kok kayaknya deg-degan begitu? Kek pengantin baru aja....

gorgeous_mountain_forest_beauty

Kedua penggalan cerita di atas punya inti yang sama. Edward adalah seseorang yang baru pertama kali memburu seekor naga. Tapi dampaknya beda banget. Kalo yang pertama, biar pun kalimatnya pendek tapi sama sekali ga ninggalin kesan ke pembaca. Karena kata-katanya langsung nonjok tanpa basa basi. Sedangkan pada cerita yang kedua biar pun rada panjang, pembaca di ajak untuk memperhatikan siapa Edward, apa yang sudah dia persiapkan dan untuk apa.

Detilnya lebih kerasa.

Contoh yang pertama dinamakan TELL. Pada sebuah novel, cara seperti ini sebaiknya jangan terlalu sering-sering dipake. Soalnya bisa bikin para pembaca bosen. Sedangkan pada contoh yang kedua dinamakan SHOW. Cara ini akan membuat imajinasi para pembaca ikut terjalin dalam cerita yang kita buat sehingga pembaca pun merasa seolah-olah mereka juga larut dalam cerita itu.
Selain bisa membebaskan imajinasi pembaca, teknik Show dan Tell pun bisa menentukan genre apa yang ingin digusung dalam sebuah novel. Contoh:

Contoh 1 Tell:
Romeo memegang bunga mawar di tangannya. Dia sudah siap untuk menyatakan cintanya pada Juliet.

Contoh 2 Show (Lebay):
Romeo memandangi pintu rumah Juliet agak lama. Entah sejak kapan dia berdiri mematung di sana. Seluruh tubuhnya seperti kaku. Dia seperti tak memiliki kekuatan sedikit pun hanya untuk sekedar mengetuk pintu rumahnya. Tangannya menggenggam erat setangkai mawar merah. Bunga mawar yang mewakili perasaannya. Perasaan yang juga sudah terlalu lama dipendamnya. Tidak. Semua ini harus berakhir. Malam ini, dia sudah berniat untuk mengutarakannya. Malam ini, Juliet harus mengetahui isi hatinya yang sebenarnya. 

Contoh 3 Show (Capcay):
Romeo narik napas dalem-dalem. Nahan di perut dan buang lewat belakang. Pret! Ga sopan? Biarin. Lebih baik kentut sekarang daripada kentut pas dihadapan Juliet. Bisa gagal semua rencananya nanti. Bunga mawar di tangan yang dia colong dari taman tetangga udah mecing sama jas hitamnya. Rambut udah rapi jali pake minyak jalantah. Body udah wangi pake minyak sinyong-nyong. Semuanya sudah sempurna. Yang belum sekarang adalah mikirin kata-katanya. Dia merogoh saku celananya yang bolong, dan melotot. Buset dah! Puisi cinta yang dibikinin sama si Panjul kemana?

Satu cerita yang sama jika disajikan dengan teknik yang berbeda akan menjadi cerita yang berbeda pula bukan?

Happy writing dan sampai jumpa di postingan selanjutnya.

No comments:

Post a Comment